News Update :

Asal-usul Persebaran Manusia Purba Di Kepulauan Indonesia

Friday, July 29, 2011



 Kepulauan Indonesia termasuk bagian dari asal-usul dan persebaran
manusia di dunia. Untuk memahami hal tersebut, kamu harus memahami
bagaimana teori tentang evolusi manusia. Teori ini berbicara tentang bagaimana
perubahan fisik manusia dan bagaimana asal usulnya. Teori evolusi manusia
berkaitan dengan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
Ada berbagai teori tentang asal-usul manusia dan bagaimana persebarannya.
A. TEORI EVOLUSI MANUSIA
Sebelum membahas mengenai asal-usul
manusia Indonesia, terlebih dahulu kita bahas
mengenai teori evolusi. Teori evolusi membahas
tentang asal-usul makhluk manusia beserta
perkembangan fisik manusia. Teori evolusi
merupakan kajian yang berakar pada filsafat
materialistis. Filsafat materialisme berkembang
dan menyebar luas pada abad ke-19. Filsafat materialisme berusaha menjelaskan
penciptaan alam ini semata-mata karena faktor-faktor yang bersifat materi.
Para pendukung filsafat ini berpandangan bahwa segala sesuatu muncul
tidak melalui proses penciptaan, melainkan melalui sebuah peristiwa kebetulan
yang kemudian mencapai kondisi teratur. Pada pertengahan abad ke-19,
filsafat materialisme melahirkan teori evolusi.
Tokoh yang mengemukakan teori evolusi ialah seorang naturalis yang
berasal dari Inggris, yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia memiliki
ketertarikan yang kuat pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut pada
akhirnya mendorong dia untuk bergabung dalam ekspedisi pelayaran dengan
sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun
1832. Dia mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Pengamatan
alam yang dia lakukan melalui perjalanan tersebut menumbuhkan perasaan
takjub pada dirinya dengan melihat begitu banyaknya ragam spesies makhluk
hidup. Fokus perhatiannya terutama ditujukan pada jenis-jenis burung finch
di Kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paruh burungburung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitatnya.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies
berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin,
aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah dan beragam
melainkan berasal dari nenek moyang yang sama. Kemudian muncul berbagai
jenis dan ragam makhluk hidup karena proses adaptasi mereka yang berbeda
akibat kondisi alam yang berbeda. Darwin mengemukakan gagasan yang
menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka
dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi
Kata-kata kunci
• Evolusi manusia
• Missing Link
• evolusi multiregional199
berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi
dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda
dengan nenek moyangnya. Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling
maju dari mekanisme ini.
Darwin menamakan proses ini sebagai
“evolusi melalui seleksi alam” (survival
of the fittest). Ia kemudian mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang
berjudul “The Origin of Species, By Means
of Natural Selection” pada tahun 1859.
Meskipun demikian, nampaknya Darwin
sendiri mempunyai beberapa keraguan dalam
pengungkapan teorinya tersebut. Hal ini
terungkap dalam salah satu bab yang
dituangkannya dalam buku tersebut yang
diberi judul “Difficulties of the Theory”.
Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan
fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup
(misalnya mata) yang tidak mungkin
dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan
naluri makhluk hidup. Darwin berharap
kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh
penemuan-penemuan baru.
Walau bagaimanapun, nampaknya pada saat penyusunan teorinya, Darwin
diilhami oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang
ahli biologi Prancis, Lamarck. Menurut Lamarck, makhluk hidup mewariskan
ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi
berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi
dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan memanjangkan
leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha
menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin
menggunakan hipotesis Lamarck tentang “pewarisan sifat-sifat yang diperoleh”
sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Charles Darwin menulis dua buah buku yang berjudul The Origin of
Species (1859) dan The Descent of Man (1871). Melalui kedua buku
tersebut, Darwin menyatakan bahwa semua jenis makhluk hidup sekarang
ini termasuk juga manusia, berasal dari satu jenis makhluk bersel satu.
Lambat laun mereka berkembang menjadi berjenis-jenis makhluk hidup.
Binatang yang paling maju ialah sejenis kera, dengan mengalami proses
struggle of life, sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Perubahan
tersebut pada akhirnya mencapai kesempurnaan, sehingga mengarah pada
Gambar 6.1
Charles Darwin penemu teori
evolusi manusia
(Sumber: www.knowprose.com)200
wujud manusia seperti sekarang ini. Silakan kamu diskusikan dengan temanmu,
apakah kamu setuju dengan pendapat Darwin bahwa manusia sekarang ini
terwujud dari proses evolusi? Apakah kamu juga setuju kalau manusia
berasal dari makhluk sejenis kera? Kemukakan pendapatmu!
Di dalam proses evolusi manusia terdapat beberapa proses penting
yang terjadi. Pertama, adalah sikap tubuh dan cara bergerak. Sikap tegak
merupakan fase yang sangat penting dan memberikan pengaruh besar pada
proses evolusi selanjutnya. Sikap tegak dimulai dengan kemampuan duduk
tegak, berjalan tegak, dan berakhir dengan berdiri tegak untuk waktu yang
lama. Kemampuan berdiri tegak mempengaruhi pembebasan tangan dari
tugas menunjang badan. Akibatnya, tangan dapat digunakan untuk melakukan
berbagai pekerjaan yang sebagian besar pekerjaannya berhubungan dengan
membuat dan mempergunakan alat, menyelidiki lingkungan, mencari, membawa,
mempersiapkan dan menyuap makanan, memelihara kebersihan badan,
mempertahankan diri, dan mengasuh anak-anak. Dari sini kita mulai melihat
perbedaan antara manusia dengan hewan primata lainnya; mereka menggunakan
mulut untuk melakukan pekerjaan seperti itu, tetapi  manusia melakukannya
dengan tangan.
Kedua, evolusi kepala termasuk di dalamnya adalah otak. Evolusi
kepala berhubungan erat dengan evolusi muka sebagai bagian teratas sistem
pencernaan dan pernapasan serta evolusi otak. Perubahan makanan dan
cara mengolahnya mempengaruhi struktur mulut sebagai alat pengunyah.
Apalagi setelah ditemukannya api semakin menambah kemajuan manusia
dalam mengolah makanan. Akibatnya ialah pekerjaan mengunyah semakin
berkurang, yang selanjutnya mengakibatkan reduksi alat pengunyah. Gigigigi pipi mengecil, demikian pula rahang dan otot-ototnya. Peranan alat
pembau semakin berkurang, yang berpengaruh terhadap fungsi bagian otak
yang berhubungan dengan pembauan. Sementara di sisi lain, volume otak
semakin membesar dan berpengaruh pada berkembangnya keinginan dan
prakarsa serta pengendaliannya, kepribadian, daya simak, pemikiran, dan
asosiasi serta integrasi pengalaman.
Evolusi yang ketiga berkaitan dengan perkembangan biososial manusia.
Evolusi pada aspek ini menyangkut tiga hal penting, yaitu: pembuatan alat,
organisasi sosial, dan komunikasi dengan bahasa. Evolusi dalam perubahan
sikap tubuh mempengaruhi pembebasan tangan dari pekerjaan menumpu
badan. Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan semakin berkembangnya
kemampuan otak untuk berpikir. Dampaknya ialah timbulnya kepandaian
baru dalam pemakaian dan pembuatan alat-alat dari kayu, batu, dan sebagainya.
Kepandaian ini menimbulkan perubahan dalam cara mencari makan dan
mengolah makanan. Kemungkinan berburu binatang-binatang besar mulai
ada dan ini perlu dilakukan secara berkelompok. Bekerja sama secara201
kelompok tentunya memerlukan pengorganisasian dan penggunaan isyaratisyarat dalam mengatur siasat bersama. Inilah yang pada akhirnya mendorong
terciptanya komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal sebab komunikasi
akan sangat diperlukan untuk mengatur kehidupan secara berkelompok/
bersama.
Teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin meskipun dalam
beberapa hal mengalami perdebatan, tetapi masih tetap dipercaya oleh
banyak orang. Para ilmuwan maupun masyarakat awam mempercayai bahwa
sebelum manusia mencapai bentuknya seperti sekarang ini, manusia telah
mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Dari bentuk yang sangat
sederhana sampai pada bentuk sekarang ini yang merupakan bentuk manusia
modern.
Teori Darwin tentang asal muasal manusia yang berasal dari makhluk
sejenis kera perlu mendapat pembuktian. Artinya, untuk sampai pada bentuk
manusia seperti sekarang ini haruslah ada sejenis makhluk peralihan yang
dapat menjembatani antara kera dengan manusia. Makhluk tersebut tentunya
secara fisik dan perkembangan otak serta biososial lainnya mencerminkan
peralihan dari makhluk sejenis kera menuju bentuk seperti manusia sekarang
ini. Pada kurun waktu beberapa tahun makhluk ini tidak dapat ditemukan
sehingga kemudian dikenal konsep missing link yang artinya terputusnya
rantai yang dapat menghubungkan antara makhluk awal dengan manusia
modern. Pada akhirnya, banyak orang meragukan teori yang dikemukakan
oleh Darwin. Untuk membuktikan kebenaran teori Darwin, perlu ditemukan
terlebih dahulu makhluk peralihan tadi.
Missing link pada akhirnya dapat dipecahkan oleh penemuan fosil
yang ditemukan oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Jawa Timur, pada
tahun 1891. Fosil tengkorak manusia yang kemudian diberi nama Pithecanthropus
Erectus ini diklaim oleh Dubois sebagai makhluk peralihan dari kera menuju
manusia. Akan tetapi nampaknya keyakinan Dubois ini pada akhirnya dapat
diruntuhkan dengan ditemukannya fosil lain, yaitu Meganthropus Palaeojavanicus,
yang diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus
Erectus.
Melihat fakta yang telah dikemukakan di atas, apa yang kemudian
terlintas dalam pikiranmu? Dalam ilmu pengetahuan, runtuhnya suatu pendapat,
keyakinan ataupun teori yang sebelumnya sudah diyakini oleh banyak orang
merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan terus
berkembang sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan manusia itu sendiri.
Kita dapat melihat dari pernyataan di atas yang memperlihatkan bagaimana
keyakinan Dubois dapat diruntuhkan setelah ditemukannya bukti-bukti baru.
Demikian juga dengan teori Darwin, terutama yang menyangkut asal muasal
manusia yang diyakininya berasal dari makhluk sejenis kera. Akhir-akhir202
ini banyak orang yang mulai meragukan kebenaran teori Darwin. Salah
satu contohnya adalah Harun Yahya yang meluncurkan teori terbaru tentang
runtuhnya teori evolusi Darwin.
Meskipun demikian, nampaknya pertanyaan tentang asal-usul manusia
modern masih menjadi pertanyaan besar yang harus kita jawab. Kapankah
dimulainya keberadaan manusia modern? Bagaimana terjadinya? Terjadi
secara lambat laun dan dimulai sejak dulu kala, ataukah dengan cepat dan
baru terjadi akhir-akhir ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih menjadi
perdebatan yang hangat di kalangan para ilmuwan. Untuk menjawab tentang
asal-usul manusia memang hanya bisa dibuktikan dari temuan fosil-fosil.
Nampaknya konsep evolusi masih tetap kuat dipertahankan dalam merangkai
sejarah asal-usul manusia.
Ada dua teori yang berhubungan dengan perkembangan manusia modern
(Homo Sapiens). Teori pertama dikenal dengan nama “evolusi-multiregional”.
Teori memandang asal-usul manusia modern sebagai suatu fenomena yang
mencakup seluruh dunia. Pada prinsipnya, manusia modern berasal dari
kerabat yang sama, yaitu dari jenis “the java man” (Homo Erectus).
Mereka menyebar secara bersamaan ke seluruh dunia dan baru kemudian
di tempatnya yang baru mereka melakukan proses evolusi sehingga mencapai
manusia modern.
Menurut hipotesis di atas, jenis manusia Neanderthal merupakan
sebagian hasil evolusi di tiga benua. Dari segi anatomi, jenis manusia Neanderthal
merupakan peralihan antara Homo Erectus dan Homo Sapiens modern di
Eropa, Timur Tengah dan Asia sebelah barat. Tren evolusi menuju status
biologis Homo Sapiens yang terjadi di seluruh dunia tersebut didorong
oleh lingkungan kebudayaan baru di tempat yang baru. Dengan berkembangnya
kebudayaan ke arah yang lebih kompleksitas, mendorong kemampuan otak
untuk semakin berkembang. Otak yang besar dan cerdas membawa kebudayaan
yang lebih kompleks, yang pada gilirannya menjadikan otak yang lebih
besar dan lebih cerdas lagi. Hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi
penyebarluasan perubahan genetis dengan cepat pada setiap populasi di
seluruh dunia.
Teori kedua yang bertentangan dengan teori pertama dikenal dengan
teori “out of Africa”. Teori tersebut berdasarkan hipotesis bahwa manusia
modern berasal dari satu daerah, yaitu dari Afrika. Manusia awal yang
hidup di Afrika lambat laun mengalami proses evolusi sehingga mencapai
bentuk manusia modern (Homo Sapiens). Kelompok-kelompok Homo Sapiens
modern ini kemudian bermigrasi dari Afrika menuju belahan bumi lainnya.
Kedatangan manusia modern ini lambat laun pada akhirnya menggantikan
populasi manusia pramodern yang ada. Teori ini dinamakan dengan teori
“out of Africa” karena Afrika Sub-Sahara telah diketahui sebagai tempat203
yang paling memungkinkan  berlangsungnya evolusi manusia modern yang
pertama.
Bukti-bukti penelitian genetika mengenai variasi DNA dalam inti sel
dan mitokondria manusia modern, ternyata lebih mendukung teori “out of
Africa”. Hasil penelitian terbaru dari para ilmuwan menunjukkan bahwa
semua manusia memiliki DNA yang nampak identik. Begitu identiknya sehingga
perbedaan genetis pada sekelompok simpanse bahkan bisa jadi lebih besar
daripada perbedaan genetis pada enam milyar manusia yang hidup saat ini.
Padahal dalam teori disebutkan bahwa manusia berpisah dengan simpanse
dalam satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Artinya,
manusia seharusnya memiliki cukup banyak waktu untuk mengembangkan
gen-gen yang berbeda seperti halnya simpanse. Lalu mengapa penelitian
hanya mendapatkan gen-gen yang identik pada manusia?
Jawaban atas pertanyaan di atas, dikatakan para ilmuwan, adalah karena
populasi manusia pernah berkurang hingga sedemikian kecil. Manusia modern
akhirnya hanya diturunkan oleh segelintir orang sehingga gen mereka serupa.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini pernah dipublikasikan di American
Journal of Human Genetics. Kesimpulan ini seolah juga membenarkan
teori “Out of Africa” yang menyebutkan bahwa manusia modern berasal
dari satu keturunan di Afrika. Dipercaya, populasi manusia yang tinggal
2.000 jiwa itu berdiam di Afrika, berkembang, baru kemudian menyebar
ke seluruh penjuru dunia.
Bukti terbaru lainnya mengenai manusia modern yang berevolusi dari
Afrika pernah dimuat dalam harian KOMPAS tanggal 12 Juni 2003. Dalam
beritanya disebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor
Gambar 6.2
Wilayah penemuan fosil manusia Herto
(Sumber: www.kompas.com)
Gambar 6.3
Tengkorak herto: hidup 160.000 -
154.000 tahun yang lalu
(Sumber: www.kompas.com)204
Tim White melakukan upaya penggalian dan menemukan sejumlah tengkorak
dari dua orang dewasa dan satu anak-anak. Tengkorak-tengkorak tersebut
diperkirakan berumur 160.000 tahun. Ketiganya digali dari lapisan sedimen
di dekat Desa Herto di wilayah Afar, sebelah timur Ethiopia. Mereka
ditengarai merupakan fosil manusia modern (Homo Sapiens) yang tertua
di dunia.
Hal yang membuat para peneliti sangat tertarik dengan penemuan di
atas ialah karena ia cocok dengan penelitian genetis terakhir yang menyebutkan
Afrika sebagai asal-usul manusia modern. Selain itu, umur fosil juga sesuai
dengan perkiraan ilmuwan tentang munculnya manusia modern pertama
kali. Tengkorak manusia Herto yang ditemukan tidak sama persis dengan
tengkorak manusia yang hidup saat ini. Ukuran mereka lebih besar, lebih
panjang, dan tulang alisnya lebih tebal. Perbedaan kecil namun sangat
penting ini, membuat tim peneliti memasukkan tengkorak ini dalam subspesies
baru manusia modern yang disebut Homo Sapiens Idaltu (idaltu berarti
“lebih tua” dalam bahasa lokal Afar).
Penemuan fosil di Herto ini membuat gembira golongan ilmuwan yang
meyakini bahwa manusia modern memiliki nenek moyang yang tinggal di
Afrika 200.000 tahun lalu. Mereka yang mendukung teori “Out of Africa”
ini percaya bahwa nenek moyang asal Afrika itulah yang menyebar ke
seluruh penjuru dunia dan menggantikan spesies “manusia” lain yang ada
saat itu, seperti manusia Neanderthal di Eropa. Ini artinya bila manusia
modern telah hidup di Afrika 160.000 tahun lalu, maka kita pastilah bukan
keturunan spesies seperti Neanderthal.
B. ASAL-USUL MANUSIA INDONESIA
Indonesia termasuk salah satu negara tempat ditemukannya manusia
purba. Penemuan manusia purba di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan
fosil-fosil yang telah ditemukan. Fosil adalah tulang belulang, baik binatang
maupun manusia, yang hidup pada zaman purba yang usianya sekitar ratusan
atau ribuan tahun. Adapun untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia
purba pada saat itu, yaitu dengan cara mempelajari benda-benda peninggalannya
yang biasa disebut dengan artefak.
Kegiatan 6.1
Carilah berbagai pendapat atau pandangan orang tentang teori evolusi, apakah
mereka setuju atau tidak. Buatlah perbandingan alasan mengapa mereka setuju
dan mengapa tidak setuju, dan bagaimana pendapatmu.205
Manusia purba yang ditemukan di
Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir
sama dengan manusia purba yang ditemukan
di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan
Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan
manusia purba di daratan Asia. Daerah
penemuan manusia purba di Indonesia tersebar
di beberapa tempat, khususnya di Jawa.
Penemuan fosil manusia purba di Indonesia
terdapat pada lapisan pleistosen. Salah satu
jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia
hampir memiliki kesamaan dengan yang
ditemukan di Peking Cina, yaitu jenis
Pithecanthropus Erectus.
Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan.
Sekitar abad ke-19 para sarjana dari luar meneliti manusia purba di Indonesia.
Sarjana pertama yang meneliti manusia purba di Indonesia ialah Eugene
Dubois seorang dokter dari Belanda. Dia pertama kali mengadakan penelitian
di gua-gua di Sumatera Barat. Dalam penyelidikan ini, ia tidak menemukan
kerangka manusia. Kemudian dia mengalihkan penelitiannya di Pulau Jawa.
Pada tahun 1890, E. Dubois menemukan fosil yang ia beri nama Pithecanthropus
Erectus di dekat Trinil, sebuah desa di Pinggir Bengawan Solo, tak jauh
dari Ngawi (Madiun).
E. Dubois pertama-tama menemukan sebagian rahang. Kemudian pada
tahun berikutnya kira-kira 40 km dari tempat penemuan pertama, ditemukan
sebuah geraham dan bagian atas tengkorak. Pada tahun 1892, beberapa
meter dari situ ditemukan sebuah geraham lagi dan sebuah tulang paha kiri.
Untuk membedakan apakah fosil itu, fosil manusia atau kera, E.Dubois
memperkirakan isi atau volume otaknya. Volume otak dari fosil yang ditemukan
itu, diperkirakan 900 cc. Manusia biasa memiliki volume otak lebih dari
1000 cc, sedangkan jenis kera yang tertinggi hanya 600 cc. Jadi, fosil
yang ditemukan di Trinil merupakan makhluk di antara manusia dan kera.
Bentuk fisik dari makhluk itu ada yang sebagian menyerupai kera, dan ada
yang menyerupai manusia. Oleh karena bentuk yang demikian, maka E.
Dubois memberi nama Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang
berjalan tegak (pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan
tegak). Jika makhluk ini kera, tentu lebih tinggi tingkatnya dari jenis kera,
dan jika makhluk ini manusia harus diakui bahwa tingkatnya lebih rendah
dari manusia (Homo Sapiens).
Kata-kata kunci
• manusia purba
• Homo Wajakensis
• Pithecanthropus
Erectus
• Homo soloensis
• Pithecanthropus
Mojokertensis
• Meganthropus
Paleojavanicus206
Gambar 6.4
Pithecanthropus Erectus sebagaimana direkonstruksi oleh Dubois
(Sumber: Sejarah Kebudayaan Indonesia, Soekmono, halaman 27)
Sebelum menemukan fosil tempurung kepala (cranium) dan tulang
paha tengah (femur), Dubois memulai pencariannya dengan berlandaskan
pada tiga teori. Ketiga dasar teori tersebut selain digunakan sebagai acuan
akademik sekaligus untuk meyakinkan pemerintah kolonial Belanda, bahwa
pencarian missing link dalam mempelajari evolusi manusia penting bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Ingat! Pada masa itu Indonesia masih
berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Perhatikanlah tiga landasan teori yang dikemukakan oleh Dubois. Pertama,
seperti halnya dengan Darwin, Dubois percaya bahwa evolusi manusia
berasal dari daerah tropika. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya rambut
pada tubuh manusia purba yang hanya dapat ditoleransi di daerah tropika
yang hangat. Kedua, Dubois mencatat bahwa dalam dunia binatang, pada
umumnya mereka tinggal di daerah geografi yang sama dengan asal nenek
moyangnya. Dari segi biologi, binatang yang paling mirip dengan manusia
ialah kera besar. Sehingga nenek moyang kera besar diduga mempunyai
hubungan kekerabatan (kinship) yang dekat dengan manusia. Charles Darwin
dalam bukunya The Descent of Man (1871) mengatakan, manusia lebih
dekat dengan kera besar di Afrika seperti gorila dan simpanse. Dalam hal
ini Dubois berbeda dengan Darwin, ia percaya bahwa Asia Tenggara merupakan
asal-usul manusia karena di sana ada orangutan dan siamang. Menurut
Dubois, juga didukung oleh beberapa ahli seperti Wallace dan Lyell, orangutan
dan siamang lebih dekat hubungannya dengan manusia dibanding gorila
dan simpanse. Alasan ketiga, Dubois mengikuti perkembangan penemuan
fosil rahang atas dari sejenis kera seperti manusia yang ditemukan di Bukit
Siwalik, India pada tahun 1878. Kalau di India ditemukan fosil semacam
itu, maka terbuka kemungkinan penemuan fosil selanjutnya di Jawa.207
Berlandaskan ketiga dasar teori tersebut dan setelah mendapat dukungan
dari pemerintah Hindia Belanda, maka Dubois memulai usaha pencariannya.
Keberhasilan kedua adalah ditemukannya fosil “java man” atau Pithecanthropus
Erectus, sekarang lebih dikenal dengan nama Homo Erectus di Trinil (Jawa
Timur). Saat ini Homo Erectus dipercaya merupakan salah satu kerabat
dekat manusia modern (Homo Sapiens).
Berdasarkan analisis para ahli dari Berkeley dengan menggunakan metode
mutakhir argon-40/argon-39 (laser-incremental heating analysis), diduga
umur fosil tersebut sekitar 1 juta tahun. Hasil pengukuran yang melibatkan
tim peneliti dari Indonesia itu, pernah dipublikasi dalam majalah ilmiah
bergengsi Science vol. 263 (1994).
Walau begitu, ada juga kegagalan Dubois yang dalam kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan menjadi bermakna. Salah satu kelemahan
teori Dubois adalah di missing link, yang menyebutkan mata rantai keramanusia telah terjawab dengan ditemukannya “java man”. Pendapat itu
keliru karena penemuan-penemuan selanjutnya fosil manusia purba di Sangiran
(Jawa Tengah), Mojokerto (Jawa Timur), juga di Cina dan Tanzania ternyata
jauh lebih tua sekitar 500.000 sampai 750.000 tahun dibanding temuannya.
Selain itu, ada kesalahan teori Dubois mengenai volume otak yang
meningkat 2 kali lipat sebanding dengan peningkatan ukuran tubuh. Menurut
Dubois volume otak fosil “java man” sekitar 700 cc, kurang lebih setengah
dari volume otak manusia modern yang sekitar 1.350 cc. Teori tersebut
runtuh karena volume otak “java man” berdasarkan penghitungan yang
lebih akurat adalah sekitar 900 cc. Sebagai pembanding pada kera besar
yang ada sekarang, simpanse misalnya, volume otaknya sekitar 400 cc.
“Java man” terlalu pandai untuk mengisi missing link kera-manusia, ia
lebih tepat disebut manusia purba.
Penemuan fosil manusia purba yang telah dilakukan oleh Dubois pada
akhirnya mendorong penemuan-penemuan selanjutnya yang dilakukan oleh
para peneliti lainnya. Pada tahun 1907-1908, dilakukan upaya penyelidikan
dan penggalian yang dipimpin oleh Selenka di daerah Trinil (Jawa Timur).
Penggalian yang dilakukan oleh Selenka memang tidak berhasil menemukan
fosil manusia. Akan tetapi upaya penggaliannya telah berhasil menemukan
fosil-fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dapat memberikan dukungan
untuk menggambarkan lingkungan hidup manusia Pithecanthropus.
G.H.R von Koenigswald mengadakan penelitian dari tahun 1936 sampai
1941 di daerah sepanjang Lembah Sungai Solo. Pada tahun 1936 Koenigswald
menemukan fosil tengkorak anak-anak di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak
tersebut, diperkirakan usia anak tersebut belum melebihi 5 tahun. Kemungkinan
tengkorak tersebut merupakan tengkorak anak dari Pithecanthropus Erectus,
tetapi von Koenigswald menyebutnya Homo Mojokertensis.208
Pada tahun-tahun selanjutnya, von Koenigswald banyak menemukan
bekas-bekas manusia prasejarah, di antaranya bekas-bekas Pithecanthropus
lainnya. Di samping itu, banyak pula didapatkan fosil-fosil binatang menyusui.
Berdasarkan atas fauna (dunia hewan), von Koeningswald membagi diluvium
Lembah Sungai Solo (pada umumnya diluvium Indonesia) menjadi tiga lapisan,
yaitu lapisan Jetis (pleistosen bawah), di atasnya terletak lapisan Trinil
(pleistosen tengah) dan paling atas ialah lapisan Ngandong (pleistosen
atas).
Pada setiap lapisan itu ditemukan jenis manusia purba. Pithecanthropus
Erectus penemuan E. Dubois terdapat pada lapisan Trinil, jadi dalam lapisan
pleistosen tengah. Pithecanthropus lainnya ada yang di pleistosen tengah
dan ada yang di pleistosen bawah. Di plestosen bawah terdapat fosil manusia
purba yang lebih besar dan kuat tubuhnya daripada Pithecanthropus Erectus,
dan dinamakan Pithecanthropus Robustus. Dalam lapisan pleistosen bawah
terdapat pula Homo Mojokertensis, kemudian disebut pula Pithecanthropus
Mojokertensis. Jenis Pithecanthropus memiliki tengkorak yang tonjolan
keningnya tebal. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
Mereka hidup antara 2 setengah sampai 1 setengah juta tahun yang lalu.
Hidupnya dengan memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pithecanthropus
masih hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka belum pandai
memasak, sehingga makanan dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu. Sebagian
mereka masih tinggal di padang terbuka, dan ada yang tewas dimakan
binatang buas. Oleh karenanya, mereka selalu hidup secara berkelompok.
Pada tahun 1941, von Koeningwald di dekat Sangiran Lembah Sungai
Solo juga, menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar
dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan
corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Tidak ada
dagunya. Von Koeningwald menganggap makhluk ini lebih tua daripada
Pithecanthropus. Makhluk ini ia beri nama Meganthropus Paleojavanicus
(mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan
hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
Von Koenigswald dan Wedenreich kembali menemukan sebelas fosil
tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong Lembah Bengawan
Solo. Sebagian dari jumlah itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang
dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Pada semua tengkorak itu,
tidak ada lagi tulang rahang dan giginya. Von Koeningswald menilai hasil
temuannya ini merupakan fosil dari makhluk yang lebih tinggi tingkatannya
daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan sebagai
manusia. Makhluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis
(manusia dari Solo).209
Pada tahun 1899 ditemukan sebuah tengkorak di dekat Wajak sebuah
desa yang tak jauh dari Tulungagung, Kediri. Tengkorak ini ini disebut
Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini tinggi tubuhnya antara 130 –
210 cm, dengan berat badan kira-kira 30 – 150 kg. Mukanya lebar dengan
hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol. Dahinya masih menonjol,
walaupun tidak seperti Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000
sampai dengan 40.000 tahun yang lalu. Di Asia Tenggara juga terdapat
jenis ini. Tempat-tempat temuan yang lain ialah di Serawak (Malaysia Timur),
Tabon (Filipina), juga di Cina Selatan. Homo ini dibandingkan jenis sebelumnya
sudah mengalami kemajuan. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun
tulang. Untuk berburu mereka tidak hanya mengejar dan menangkap binatang
buruannya. Makanannya telah dimasak, binatang-binatang buruannya setelah
dikuliti lalu dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara
dimasak. Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan
adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis
manusia purba sebelumnya. Bentuk tengkorak ini berlainan dengan tengkorak
penduduk asli bangsa Indonesia, tetapi banyak persamaan dengan tengkorak
penduduk asli benua Australia sekarang. Menurut Dubois, Homo Wajakensis
termasuk dalam golongan bangsa Australoide, bernenek moyang Homo
Soloensis dan nantinya menurunkan bangsa-bangsa asli di Australia.
Menurut von Koenigswald, Homo Wajakensis seperti juga Homo Solensis
berasal dari lapisan bumi pleistosin atas dan mungkin sekali sudah termasuk
jenis Homo Sapiens, yaitu manusia purba yang sudah sempurna mirip
dengan manusia. Mereka telah mengenal penguburan pada saat meninggal.
Berbeda dengan jenis manusia purba sebelumnya, yang belum mengenal
cara penguburan.
Selain di Indonesia, manusia jenis Pithecanthropus juga ditemukan di
belahan dunia lainnya. Di Asia, Pithecanthropus ditemukan di daerah Cina,
di Cina Selatan ditemukan Pithecanthropus Lautianensis dan di Cina
Utara ditemukan Pithecanthropus Pekinensis. Diperkirakan mereka hidup
berturut-turut sekitar 800.000 – 500.000 tahun yang lalu. Di Benua Afrika,
fosil jenis manusia Pithecanthropus ditemukan di daerah Tanzania, Kenya
dan Aljazair. Sedangkan di Eropa fosil manusia Pithecanthropus ditemukan
di Jerman, Perancis, Yunani, dan Hongaria. Akan tetapi, penemuan fosil
manusia Pithecanthropus yang terbanyak yaitu di daerah Indonesia dan
Cina.
Di Australia Utara ditemukan fosil yang serupa dengan manusia jenis
Homo Wajakensis yang terdapat di Indonesia. Sebuah tengkorak kecil
dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari
manusia purba yang ditemukan di Australia itu sangat mirip dengan manusia
Wajak. Apabila menilik peta Indonesia yang terbentuk pada masa glasial,210
memperlihatkan bahwa pulau Jawa bersatu dengan daratan Asia dan bukan
dengan Australia. Oleh karena itu, diperkirakan manusia Wajak ini bermigrasi
ke Australia dengan menggunakan jembatan penghubung. Diduga mereka
telah memiliki keterampilan untuk membuat perahu serta mengarungi sungai
dan lautan, sehingga akhirnya sampai di daratan Australia.
Setelah masa penjajahan Belanda selesai, penelitian manusia purba
dilanjutkan oleh orang Indonesia sendiri. Pada tahun 1952 penelitian dimulai.
Penelitian ini terutama dilakukan oleh dokter dan geolog yang kebetulan
harus meneliti lapisan-lapisan tanah. Seorang dokter dari UGM yang mengkhususkan
dirinya pada penyelidikan tersebut adalah Prof. Dr. Teuku Jacob. Dia
memulai penyelidikannya di daerah Sangiran. Penelitian ini kemudian meluas
ke Bengawan Solo.
Gambar 6.5
Perbandingan tengkorak-tengkorak Simpanse,
Pithecanthropus Erektus dan manusia
(Sumber: Sejarah Kebudayaan Indonesia, Soekmono, halaman 26)
Berdasarkan uraian di atas, penyebaran penemuan manusia purba di
Indonesia dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini.
HOLOSEN
PLESTOSEN
atas
(lapisan dan fauna Ngandong)
PLESTOSEN
tengah
(Lapisan dan fauna Trinil)
PLEISTOSEN
bawah
(lapisan dan fauna Jetis)
Homo Sapiens
Homo Wajakensis
Homo Soloensis
Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Mojokertensis
Meganthropus Paleojavanicus211
C. PERSEBARAN MANUSIA DI KEPULAUAN INDONESIA
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa lingkungan alam bumi ini terus mengalami
perubahan. Pada kala pleistosen, di bumi
terjadi empat kali masa glasial dan tiga kali
masa interglasial. Pada zaman glasial, suhu
bumi makin dingin sehingga sebagian besar
belahan bumi utara dan selatan tertutup oleh
lapisan es tebal. Permukaan air laut menurun dan laut yang dangkal ini
berubah menjadi daratan. Kondisi demikian memungkinkan bagi manusia
ataupun hewan yang hidup pada masa itu melakukan migrasi. Migrasi atau
perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain dilatarbelakangi oleh upaya
untuk mempertahankan hidup. Selain didorong untuk mencari daerah yang
lebih nyaman dan hangat, perpindahan dilakukan juga untuk mencari daerahdaerah yang masih sangat kaya akan sumber makanan. Kita ingat bahwa
pada masa itu manusia sangat tergantung pada alam. Dengan keterbatasan
pemikiran dan kemampuan, mereka menyandarkan hidup sepenuhnya pada
alam. Apabila alam tempatnya hidup sudah tidak lagi menyediakan sumber
makanan, maka mereka berpindah ke tempat yang masih kaya akan sumber
makanan. Manusia pada masa ini masih bersifat food gathering yang artinya
kemampuannya hanya terbatas pada mengumpulkan bahan makanan yang
tersedia di alam dan belum pada taraf food producing, yaitu kemampuan
untuk mengolah alam sehingga menghasilkan sumber makanan atau dalam
hal ini kemampuan bercocok tanam.
Para ahli geologi memperkirakan bahwa pada kala pleistosen khususnya
ketika terjadinya glasiasi, Kepulauan Nusantara ini bersatu dengan daratan
Asia. Laut dangkal yang ada di antara pulau-pulau di Nusantara bagian
barat surut sehingga membentuk paparan yang disebut dengan Paparan
Sunda yang menyatukan Indonesia bagian barat dengan daratan Asia. Hal
yang sama juga terjadi di Indonesia bagian timur. Di daerah ini terbentuk
paparan yang kemudian dinamakan Paparan Sahul yang menyatukan Indonesia
bagian timur dengan daratan Australia. Adanya Paparan Sunda memungkinkan
terjadinya perpindahan manusia dan hewan dari daratan Asia ke Indonesia
bagian barat, atau sebaliknya. Adapun Paparan Sahul memungkinkan terjadinya
Kegiatan 6.2
Buatlah dalam suatu tabel jenis-jenis manusia purba, cantumkan persamaan dan
perbedaan dari ciri-ciri fisik manusia purba tersebut.
Kata-kata kunci
• teori Yunani
• teori Nusantara
• teori Out of Afrika212
perpindahan manusia dan hewan dari daratan Australia ke Indonesia bagian
timur, atau sebaliknya.
Hal di atas dibuktikan dengan hasil kajian yang dikembangkan oleh
Wallace yang menyelidiki tentang persebaran fauna (zoogeografi) di Kepulauan
Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah Paparan Sunda, yaitu daerahdaerah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, mempunyai persamaan dengan
fauna yang terdapat di Daratan Asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah
Paparan Sahul, yaitu daerah Papua (Irian) dan sekitarnya mempunyai persamaan
dengan fauna yang terdapat di Australia. Wallace menyimpulkan bahwa
Selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis daerah zoogeografi
di Indonesia. Di sebelah barat garis tersebut terdapat fauna Asia, sedangkan
di timurnya terdapat fauna Australia. “Garis pemisah” fauna ini kemudian
oleh Huxley diberi nama “garis Wallace”. Selanjutnya ia kemudian melengkapi
dengan menarik garis itu lebih jauh ke arah utara, yaitu dimulai dari Selat
Lombok sampai Selat Makasar dan terus lagi ke utara melewati selat
antara Kepulauan Sangir dan Mindanao (Filipina).
Terhubungnya pulau-pulau akibat pengesan yang terjadi pada masa
glasial memungkinkan terjadinya migrasi manusia dan fauna dari daratan
Asia ke kawasan Nusantara. Berdasarkan hasil penelitian, migrasi ini didahului
oleh perpindahan binatang yang kemudian diikuti oleh manusia dan diperkirakan
terjadi pada kala pleistosen. Sebagai bukti adanya proses migrasi  awal
binatang dari daratan Asia ke wilayah Indonesia ialah ditemukannya situs
paleontologi tertua di daerah Bumiayu yang terletak di sebelah selatan
Tegal (Jawa Tengah) dan Rancah di sebelah timur Ciamis (Jawa Barat).
Fosil tersebut, yaitu Mastodon Bumiayuensis (spesies gajah) dan Rhinoceros
Sondaicus (spesies Badak). Bila dibandingkan dengan fosil binatang di
daratan Asia, fosil-fosil tersebut berumur lebih muda dari fosil-fosil yang
terdapat dalam kelompok fauna Siwalik di India.
Proses migrasi yang terjadi pada masa pleistosen ini menyebabkan
wilayah Nusantara mulai dihuni oleh manusia. Timbul pertanyaan tentang
asal-usul manusia yang bermigrasi ke wilayah Nusantara ini. Menilik dari
segi fisik manusia Indonesia sekarang ini, mayoritas dapat dikelompokkan
ke dalam ras Mongoloid dan Austroloid. Para ahli memperkirakan bahwa
pada sekitar abad ke-40 sebelum masehi, Pulau Jawa merupakan daerah
pertemuan dari beberapa ras dan daerah pertemuan kebudayaan.
Ciri-ciri Mongoloid yang terdapat pada manusia Indonesia, nampaknya
disebabkan adanya arus migrasi yang berasal dari daratan Asia. Kedatangan
mereka pada akhirnya menyingkirkan manusia yang sudah hidup sebelumnya
di tanah Nusantara, yaitu dari ras yang disebut Austroloid. Bangsa pendatang
dari Asia ini mempunyai kebudayaan dan tingkat adaptasi yang lebih baik
sebagai pemburu dibandingkan dengan manusia pendahulunya. Keturunan213
dari ras Austroloid ini nampaknya tidak ada yang dapat hidup di Jawa,
tetapi mereka saat ini dapat ditemukan sebagai suku Anak Dalam atau
Kubu di Sumatera Tengah dan Indonesia bagian timur.
Arus migrasi para pendatang dari wilayah Asia ke Kepulauan Nusantara
terjadi secara bertahap. Pada sekitar 3.000 - 5.000 tahun lalu, tiba arus
pendatang yang disebut proto-Malays (Proto Melayu) ke Pulau Jawa.
Keturunan mereka saat ini dapat dijumpai di Kepulauan Mentawai Sumatera
Barat, Tengger di Jawa Timur, Dayak di Kalimantan, dan Sasak di Lombok.
Setelah itu, tibalah arus pendatang yang disebut Austronesia atau DeuteroMalays (Detro Melayu) yang diperkirakan berasal dari Taiwan dan Cina
Selatan. Para ahli memperkirakan  kedatangan mereka melalui  laut dan
sampai di Pulau Jawa sekitar 1.000 - 3.000 tahun lalu. Sekarang keturunannya
banyak tinggal di Indonesia sebelah barat. Orang Detro Melayu ini datang
ke wilayah Nusantara dengan membawa keterampilan dan keahlian bercocok
tanam padi, pengairan, membuat barang tembikar/pecah-belah, dan kerajinan
dari batu.
Seorang ahli bahasa, yaitu H. Kern, melalui hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terdapat keserumpunan bahasa-bahasa di Daratan Asia Tenggara
dan Polinesia. Menurut pendapatnya, tanah asal orang-orang yang mempergunakan
bahasa Austronesia, termasuk bahasa Melayu, harus dicari di daerah Campa,
Vietnam, Kamboja, dan daratan sepanjang pantai sekitarnya. Hal ini menimbulkan
dugaan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Cina
Selatan yaitu di daerah Yunan. Selain itu, R. von Heine Geldern yang
melakukan penelitian tentang distribusi dan kronologi beliung dan kapak
lonjong yang ada di Indonesia tiba pada kesimpulan bahwa alat-alat tersebut
merupakan hasil persebaran komplek kebudayaan Bacson-Hoabinh yang
ada di daerah Tonkin (Indocina) atau Vietnam sekarang ini.
Sebenarnya terdapat beberapa teori yang membahas tentang asal-usul
manusia yang sekarang menghuni wilayah Nusantara ini. Teori-teori tersebut
antara lain sebagai berikut.
a. Teori Yunan
Teori ini didukung oleh beberapa sarjana seperti R.H Geldern, J.H.C
Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slametmuljana, dan Asmah Haji Omar.
Secara keseluruhan, alasan-alasan yang menyokong teori ini yaitu sebagai
berikut.
1) Kapak Tua yang ditemukan di wilayah Nusantara memiliki kemiripan
dengan Kapak Tua yang terdapat di Asia Tengah. Hal ini menunjukkan
adanya migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
2) Bahasa Melayu yang berkembang di Nusantara serumpun dengan bahasa
yang ada di Kamboja. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kamboja214
mungkin berasal dari Dataran Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong.
Arus perpindahan ini kemudian dilanjutkan ketika sebagian dari mereka
melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara. Kemiripan
bahasa Melayu dengan bahasa Kamboja sekaligus menandakan pertaliannya
dengan Dataran Yunan.
Migrasi dari Sungai Mekong
Gambar 6.6
Peta Migrasi Manusia dari Sungai Mekong
(Sumber: D.G. Hall. Sg)
Lihat perbandingan kemiripan antara bahasa Melayu dan Kamboja
berikut ini:
Malay Cham English Malay Cham English
Sungai Sungai River Lada Lada Pepper
Banyak Banyak More Gunung gunong Mountain
Bintang Bintang Star Tembaga Tambaga Bronze
Manis Manis Sweet Timah Tima Tin
Anjing Anjing Dog Pahit Pahit bitter
Sedikit Sadikit Less Mata Mata Eye
Ikan Ikan Fish Sini Ni Here
Orang Orang People Ayer Aya Water
Buat Buat Do Bapa Pak Father
(Sumber: Wikipedia.org.)215
Teori ini merupakan teori yang paling populer dan diterima oleh banyak
kalangan. Berdasarkan teori ini, orang-orang Nusantara datang dan berasal
dari Yunan. Kedatangan mereka ke Kepulauan Nusantara ini melalui tiga
gelombang utama, yaitu perpindahan orang Negrito, Melayu Proto, dan
juga Melayu Deutro.
1) Orang Negrito
Orang Negrito merupakan penduduk paling awal di Kepulauan Nusantara.
Mereka diperkirakan sudah mendiami kepulauan ini sejak 1000 SM. Hal
ini didasarkan pada hasil penemuan arkeologi di Gua Cha, Kelantan, Malaysia.
Orang Negrito ini kemudian menurunkan orang Semang, yang sekarang
banyak terdapat di Malaysia. Orang Negrito mempunyai ciri-ciri fisik berkulit
gelap, berambut keriting, bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh,
serta ukuran badan yang pendek.
2) Melayu Proto
Perpindahan orang Melayu Proto ke Kepulauan Nusantara diperkirakan
terjadi pada 2.500 SM. Mereka mempunyai peradaban yang lebih maju
daripada orang Negrito. Hal ini ditandai dengan kemahirannya dalam bercocok
tanam.
3) Melayu Deutro
Perpindahan orang Melayu Deutro merupakan gelombang perpindahan
orang Melayu kuno kedua yang terjadi pada 1.500 SM. Mereka merupakan
manusia yang hidup di pantai dan mempunyai kemahiran dalam berlayar.
b. Teori Nusantara
Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah
Nusantara ini tidak berasal dari luar melainkan mereka sudah hidup dan
berkembang di wilayah Nusantara itu sendiri. Teori ini didukung oleh sarjanasarjana seperti  J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan
Gorys Keraf. Akan tetapi, nampaknya teori ini kurang populer dan kurang
banyak diterima oleh masyarakat.
Teori Nusantara didasarkan pada alasan-alasan seperti di bawah ini.
1) Bangsa Melayu dan bangsa Jawa mempunyai tingkat peradaban yang
tinggi. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang
lama. Hal ini menunjukkan  bahwa orang Melayu tidak berasal dari manamana, tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.216
2. K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa
Melayu serumpun dengan bahasa Champa (Kamboja). Baginya, persamaan
yang berlaku di kedua bahasa tersebut adalah suatu fenomena yang bersifat
“kebetulan”.
3. Manusia kuno Homo Soloensis dan Homo Wajakensis yang terdapat
di Pulau Jawa. Penemuan manusia kuno ini di Pulau Jawa menunjukkan
adanya kemungkinan orang Melayu itu keturunan dari manusia kuno tersebut,
yakni berasal dari Jawa.
4. Bahasa yang berkembang di Nusantara yaitu rumpun bahasa Austronesia,
mempunyai perbedaan yang sangat jauh dengan bahasa yang berkembang
di Asia Tengah yaitu bahasa Indo-Eropah.
c. Teori “out of Africa”
Hasil penelitian mutakhir/kontemporer menyatakan bahwa manusia modern
yang hidup sekarang ini berasal dari Afrika. Setelah mereka berhasil melalui
proses evolusi dan mencapai taraf manusia modern, kemudian mereka bermigrasi
ke seluruh benua yang ada di dunia ini. Apabila kita bersandar pada teori
ini, maka bisa dikatakan bahwa manusia yang hidup di Indonesia sekarang
ini merupakan hasil proses migrasi manusia modern yang berasal dari Afrika
tersebut.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa fosil-fosil manusia purba
yang ditemukan di Indonesia atau khususnya di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur tidak mempunyai hubungan langsung dengan manusia modern.
Dengan demikian, nampaknya jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup
di Indonesia khususnya Jawa, seperti Meganthropus Palaeojavanicus,
Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan sebagainya
telah mengalami kepunahan. Mereka pada akhirnya digantikan oleh komunitas
manusia yang berasal dari Afrika yang melakukan proses migrasi hingga
sampai di Kepulauan Nusantara. Nampaknya teori ini perlu terus dikaji
dan disosialisasikan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Namun Homo Erectus yang pernah tinggal di Pulau Jawa mempunyai
sejarah menarik karena dapat bertahan sekitar 250.000 tahun lebih lama
dari jenis yang sama yang tinggal di tempat lain di Asia, bahkan mungkin
bertahan sekitar 1 juta tahun lebih lama dari yang tinggal di Afrika. Umur
fosil Homo Erectus terakhir yang ditemukan di Ngandong dan Sambungmacan
(Jawa Tengah) sekitar 30.000 sampai 50.000 tahun. Homo Erectus (“java
man”) di Pulau Jawa diduga pernah hidup dalam waktu yang bersamaan
dengan Homo Sapiens (manusia modern).
Sampai saat ini, penyebab kepunahan “java man” masih misteri. Diduga
salah satu penyebabnya ialah karena keterbatasan strategi hidup mereka.217
Tidak ditemukannya peralatan dari batu (misalnya untuk membelah daging
atau untuk berburu) di sekitar fosil mereka menunjukkan bahwa kehidupannya
masih sangat primitif. Diduga mereka memakan daging dari binatang yang
telah mati (scavenger). Kolonisasi Homo Sapiens yang berasal dari Afrika
berhasil, karena mereka punya strategi hidup yang lebih baik dibanding
penduduk asli Homo Erectus.
Berdasarkan ketiga teori tersebut, silahkan kamu mencari kekuatan
dan kelemahan dari masing-masing teori. Alangkah lebih baik jika kamu
bekerja dalam kelompok. Kemudian diskusikan dalam kelompokmu atau
berdiskusi dan beradu argumentasi dengan kelompok yang lain.
Asal usul manusia berkaitan dengan teori evolusi. Tokoh yang mengeluarkan
teori evolusi ialah Charles Darwin. Berdasarkan teorinya, Darwin mencoba
memberikan jawaban tentang asal-usul manusia dan bagaimana manusia itu
mengalami perkembangan secara fisik.
Penemuan manusia purba di Indonesia dapat menjelaskan tentang asal
usul dan penyebaran manusia di Indonesia. Berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut maka timbul berbagai teori mengenai asal usul dan persebaran
manusia di Indonesia.
Evolusi-multiregional : teori yang memandang asal usul manusia modern
sebagai suatu fenomena yang mencakup seluruh
dunia.
Food gathering : kemampuannya hanya terbatas pada mengumpulkan
bahan makanan yang tersedia di alam.
Food producing : kemampuan untuk mengolah alam sehingga
menghasilkan sumber makanan atau dalam hal ini
kemampuan bercocok tanam.
Kegiatan 6.3
Buatlah dalam suatu tabel perbandingan teori-teori tentang asal usul dan
persebaran manusia di Indonesia.
RINGKASAN
GLOSARIUM218
Materialisme : aliran filsafat yang memandang bahwa hakikat yang
ada ialah materi.
Missing link : terputusnya rantai yang dapat menghubungkan antara
makhluk awal dengan manusia modern.
Teori evolusi : teori yang membahas tentang asal-usul makhluk
manusia beserta bagaimana perkembangan fisik
manusia.
Teori Out of Africa   : teori yang menyebutkan bahwa manusia modern
berasal dari satu keturunan di Afrika.
Teori Nusantara : teori yang menyatakan bahwa asal mula manusia
yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal
dari luar melainkan mereka sudah hidup dan
berkembang di wilayah Nusantara itu sendiri.
Teori Yunan : teori yang menyatakan bahwa asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Yunan, yaitu adanya
migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan
Nusantara.
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling benar!
1. Siapakah nama ilmuwan yang pertama kali mengungkapkan asal usul
manusia berdasarkan teori evolusi?
a. Charles Darwin d. Von Koeningswald
b. Lamarck e. Wedenreich
c. E. Dubois
2. Teori evolusi menyatakan bahwa manusia berasal dari ....
a. evolusi binatang
b. kera
c. makhluk yang bersel satu
d. materi yang ada di bumi
e. simpanse
3. Missing link dapat dipecahkan oleh E. Dubois dengan adanya penemuan
fosil yaitu ....
a. Meganthropus Paleojavanicus
SOAL-SOAL LATIHAN219
b. Homo Mojokertensis
c. Homo Soloensis
d. Homo Sapiens
e. Pithecanthropus Erectus
4. Untuk membedakan apakah Pithecanthropus itu fosil manusia atau kera
dengan cara membedakan ....
a. tulang geraham d. bentuk tubuh
b. volume otak e. tulang badan
c. tulang tengkorak
5. Teori Evolusi Darwin berpijak dari dasar aliran filsafat ....
a. idealisme d. materialisme
b. eksistensialisme e. thaoisme
c. atheisme
6. Terputusnya mata rantai yang dapat mengubungkan antara makhluk awal
dengan manusia modern menurut teori evolusi disebut ....
a. adaptasi d. materialisme
b. missing link e. kemusnahan
c. evolusi
7. Manakah jenis manusia purba menurut teori evolusi-multiregional yang
termasuk bagian dari perkembangan manusia modern ....
a. Homo Wajakensis d. Homo Sapiens
b. Homo Erectus e. Homo Neanderthal
c. Homo Soloensis
8. Penemuan fosil manusia Herto telah memberikan kesimpulan bahwa asal
muasal manusia modern dari ....
a. Cina d. Eropa
b. Afrika e. India
c. Jawa
9. Pada lapisan Holosin ditemukan jenis manusia purba ....
a. Homo Wajakensis d. Maganthropuus Paleojavanicus
b. Homo Soloensis e. Pithecantropus Erectus
c. Homo Sapiens
10. Menurut teori Nusantara nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari ....
a. Yunani d. Eropa
b. Nusantara e. Australia
c. Afrika220
11. Siapakah orang yang pertama kali mengadakan penelitian tentang manusia
purba di Indonesia ....
a. Von Koeningswald d. E. Dubois
b. Wedenreich e. Charles Darwin
c. Teuku Jacob
12. Jenis manusia purba yang ditemukan oleh E. Dubois dinamakan ....
a. Homo Wajakensis
b. Pithecanthropus Erectus
c. Meganthropus Paleojavanicus
d. Homo Solensis
e. Homo Sapiens
13. Pithecanthropus Erectus menurut E. Dubois merupakan jenis makhluk
antara manusia dan kera karena ....
a. sudah berjalan tegak
b. sudah memiliki otak yang sama dengan manusia
c. hidupnya sudah mulai menetap
d. volume otaknya di atas kera dan di bawah manusia
e. memiliki gigi geraham yang sama dengan manusia
14. Jenis manusia purba yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan disebut....
a. Homo Soloensis d Pithecanthropus Erectus
b. Homo Sapiens e. Meganthropus Paleojavanicus
c. Homo Wajakensis
15. Menurut von Koenigswald Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada
lapisan ....
a. Pleistosen tengah d. Holosen
b. Pleistosen bawah e. Glasial
c. Pleistosen atas
II. Soal Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Uraikanlah teori evolusi menurut Charles Darwin!
2. Uraikanlah teori perkembangan manusia modern menurut teori evolusimultiregional.
3. Uraikanlah bahwa Pithecanthropus Erectus merupakan jenis manusia
purba jika dilihat dari volume otaknya!
4. Uraikanlah persebaran manusia menurut teori Out of Africa!221
5. Uraikanlah asal usul manusia Indonesia menurut Teori Nusantara!
6. Uraikanlah persebaran manusia Indonesia menurut Teori Yunan!
III. Tugas
Buatlah sebuah tabel mengenai jenis-jenis purba dan hasil-hasil kebudayaannya.222
EVALUASI AKHIR SEMESTER KEDUA
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling benar!
1. Kehidupan reptil dan makhluk-makhluk yang besar sudah ada sejak zaman
....
a. palaeozoikum e. tersier
b. mesozoikum e. arkeozoikum
c. kwarter
2. Kehidupan binatang sejenis mamalia mulai ada sejak zaman ....
a. arkeozoikum d. kwarter
b. mesozoikum e. tersier
c. palaeozoikum
3. Ciri utama kehidupan pada masa kwarter adalah mulai adanya kehidupan
....
a. manusia d. reptil
b. dinosourus e. burung
c. makhluk mamalia
4. Keadaan bumi masih merupakan gas yang panas dan tidak ada kehidupan.
Hal ini merupakan ciri pada masa ....
a. arkeozoikum d. tersier
b. palaeozoikum e. primer
c. kwarter
5. Pada masa lalu manusia purba memakan siput dan kerang yang kemudian
kulitnya dibuang dan menumpuk kemudian membentuk bukit dalam waktu
ratusan tahun. Bukit tersebut disebut ....
a. abris sous rosche d. kjokkenmoddinger
b. menhir e. sarkofagus
c. dolmen
6. Kehidupan menetap pada manusia purba mulai dilakukan pada masa
....
a. berburu dan mengumpulkan makanan
b. perundagian
c. bersawah
d. bercocok tanam
e. megalithikum223
7. Nekara yang menunjukkan bukti adanya hubungan antara Indonesia dengan
Cina pada zaman perundagian yaitu ....
a. nekara dari Sangean d. nekara dari Alor
b. nekara dari Selayar e. nekara dari Bali
c. nekara dari kepulauan Kei
8. Tujuan pembentukan mumi adalah ....
a. agar rohnya tetap abadi
b. untuk mengenang jasa-jasanya
c. sebagai bukti sejarah
d. kepercayaan tentang hidup yang kekal
e. untuk kesejahteraan bangsa Mesir
9. Raja Mesir yang menyuruh rakyatnya untuk meninggalkan ajaran Politheisme
adalah ....
a. Amenhotep IV d. Cleopatra
b. Menes e. Tutankhanon
c. Amenhotep II
10. Raja Mesir yang hidup sezaman dengan Nabi Musa adalah....
a. Amenhotep IV d. Ramses III
b. Menes e. Tutankhanon
c. Amenhotep II
11. Mesir adalah hadiah dari sungai Nil, pernyataan itu disampaikan oleh
....
a. Aristoteles d. Socrates
b. Clio e. Aristoteles
c. Herodotus
12. Daerah Mesopotamia merupakan daerah subur yang berada di antara
sungai Tigris dan ....
a. Eufrat d. Tiber
b. Nil e. Gangga
c. Rein
13. Di bawah ini merupakan kasta-kasta yang terdapat di India, kecuali
....
a. Paria d. Brahmana
b. Waisya e. Sudra
c. Ksatria224
14. Percampuran kebudayaan Dravida dan Arya menghasilkan agama ....
a. Jainisme d. Siwa
b. Hinduisme e. Sababiyah
c. Brahmanisme
15. Untuk membedakan apakah Pithecanthropus itu fosil manusia atau kera
dengan cara membedakan ....
a. tulang geraham d. bentuk tubuh
b. volume otak e. tulang badan
c. tulang tengkorak
16. Teori Evolusi Darwin berpijak dari dasar aliran filsafat ....
a. idealisme d. materialisme
b. eksistensialisme e. thaoisme
c. atheisme
17. Penemuan fosil manusia Herto telah memberikan kesimpulan bahwa asal
muasal manusia modern dari ....
a. Cina d. Eropa
b. Afrika e. India.
c. Jawa
18. Pithecantrhopus Erectus menurut E. Dubois merupakan jenis makhluk
antara manusia dan kera karena ....
a. sudah berjalan tegak
b. sudah memiliki otak yang sama dengan manusia
c. hidupnya sudah mulai menetap
d. volume otaknya di atas kera dan di bawah manusia
e. memiliki gigi geraham yang sama dengan manusia
19. Manakah jenis manusia purba menurut teori evolusi-multiregional yang
termasuk bagian dari perkembangan manusia modern ....
a. Homo Wajakensis d. Homo Sapiens
b. Homo Erectus e. Homo Neanderthal
c. Homo Soloensis
20. Teori evolusi menyatakan bahwa manusia berasal dari ....
a. evolusi binatang
b. kera
c. makhluk yang bersel satu
d. materi yang ada di bumi
e. simpanse225
I. Soal Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Perubahan-perubahan apa yang terjadi pada bumi mulai dari zaman sebelum
adanya manusia hingga manusia mulai ada?
2. Jelaskan ciri-ciri kehidupan manusia dalam bidang sosial ekonomi dan
kepercayaan pada masa perundagian!
3. Bagaimana perkembangan kehidupan manusia pada peradaban Mesir
Kuno?
4. Bagaimana perkembangan filsafat pada masa Yunani Kuno?
5. Uraikanlah teori-teori yang menjelaskan asal-usul manusia di Indonesia!226
Share this Article on :

0 Comment :

Post a Comment

 

© Copyright Nang Gochain 2010 -2011 | Design by Nang Gochain | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com .